MIMPI dan GADIS
“ Oleh : Mayendra”
Matahari
belum belum lagi beranjak dari atas kepala. Peluh siswa – siswi disuatu sekolah
keluar dari pori – pori, menetes kelantai seperti air hujan. Sementara
di luar sana, adzan pertanda sholat zuhur akan masuk mulai berkumandang, siswa
– siswi yang tadi penat mulai berlarian seperti dikejar gemuruh atau tsunami.
Tepat
pukul 14.15 WIB, bel tanda siswa – siswi harus meninggalkan sekolahpun berbunyi.
Para siswa yang mendengar makin senang pula
hatinya. Hiruk – pikuknya terdengar bak orang – orang di pasar. Lima belas sampai dua
puluh menit berlalu, sekolah nan gagah itu kembali sepi, jauh dari keramain
orang, tidak seperti dua puluh menit yang lalu. Bisa dikatakan sama dengan
sunyinya hutan belantara, yang terdengar hanyalah nyanyian burung – burung dan
ngauman harimau lapar.
Dari
kejauhan nampak seorang diri yang berjalan mengikuti jalan hitam, menyandang
tas, membawa buku dan berkacamata. Anak yang terus berjalan tanpa melihat
sekitarnya, hanya pandangan lurus dan terus menelusuri gang demi gang.
Di
sebuah perempatan jalan, anak itu berhenti sejenak di sebuah warung. Warung tua
nan lusuh itu menjual berbagai barang. Anak itu kepalanya begerak kekiri lalu
kekanan, seperti ada yang dicarinya. Dari dalam keluar seorang wanita tua
sembari menawarkan miuman segar. Siswa yang sedang kehausan itu tanpa berpikir
panjang mengiyakan tawaran wanita tua itu.
Di
atas meja yang berisi kue – kue, Fatan melihat Koran pagi tadi, tanpa berpikir panjang Koran itu
diambilnya dan dibacanya berita paling baru. Ya… sebuah berita yang berjudul
“Kecelakaan Maut, Seorang Gadis Tidak Ditemukan” yang menjadi topik semua koran
hari ini. Dibacanya berita itu sampai habis. Anak itu merasakan kengerian yang
dalam. Selesai membaca berita itu, dia pulang dengan sejuta pemikiran tentang
gadis yang hlang setelah kecelakaan itu.
“
Assalamu’alaikum…” salam anak itu pada ibunya. Anak yang kelihatan lesu, dikarenakan
cuaca yang begitu panas.Es yang baru saja dikeluarkan ibunya sudah meleleh
seperti cucuran atap. Anak yang kelelahan itu, hanya bisa pasrah dengan
keadaan. Dalam hatinya dia berkata “ aku rasa aku lebih baik tidur, sembari
melepas penat. Lagian jika hari sepanas ini aku beraktivitas, rasanya aku mau
pingsan…”. Kemudian, dia menelusuri rumahnya hendak mencari sesuatu. Tidak menungg
lama akhirnya dia menemukan apa yang dicarinya. Tempat tidur.
Suara
burung – burung diluar sana
menambah kenyamanan untuk tidur disiang hari yang panas ini. Ditambah lagi
dengan AC yang menyejukkan ruangan. Hati serasa berada di tumpukan es yang
terus mendinginkan tubuh. Apalagi udara yang meniup hawa segarnya kian kemari.
Anak
muda yang berkacamata itu, dia sering dipanggil Fatan. Dia begitu menikmati
tidurnya dan dia lelap dalam tidurnya tanpa menghiraukan keadaan sekitarnya.
Tiba – tiba dia melihat sesosok tubuh berdiri di depannya. Ternyata sesosok
tubuh itu adalah seorang gadis yang dia sendiri tidak tahu siapa gadis itu. Fatan
terkejut bukan kepayang saat melihat gadis itu, dia heran dari mana dia datang.
Dalam kamar yang
tidak besar itu, Fatan yang sepertinya penasaran dengan kehadiran gadis itu, dia pun
mengikuti gadis itu yang pergi entah kemana. Sambil dia berjalan dia bertanya
pada gadis itu, “ maaf, kamu siapa ya… ada urusan apa datang kekamarku !”.
Gadis yang mendengar perkataan itu hanya membalas dengan senyuman yang membuat
Fatan semakin penasaran, anehnya semakin Fatan penasaran semakin kencang Gadis
itu berjalan. Gadis itu terus berjalan dan mengajak Fatan seperti ada yang
hendak ditunjukkannya.
Di luar sana, matahari terus bersinar
sembari perlahan turun hendak menutupi bumi Indonesia bagian barat dengan
kegelapan. Dalam pikiran Fatan, tidak ada dia merasakan cemas dan tidak pula khawatir saat dia mengikuti gadis itu. Fatan
masuk kedalam terowongan yang gelap. Sangat gelap. Seperti di tengah hutan yang
tidak ada cahaya bulan.
Sedikit
lagi. Fatan yang pasrah akan keadaan, dia yang harus mengikuti langkah Gadis
itu. Dia terus berjalan. Di ujung sana dia melihat ada cahaya putih yang lama –
kelamaan terang seperti cahaya bulan purnama.
Gadis
itu berhenti pada mulut terowongan dan menunjukkan pada Fatan apa yang ada di
bawah terowongan itu. Fatan yang lugu dan tidak tahu apa – apa, sontak terkejut
dan beristighfar melihat apa yang dilihatnya. Jasad orang yang dilihatnya
begitu mirip dengan gadis yang berada di sampingnya, Sementara itu dia melihat
orang – orang yang lumayan jauh dari jasad itu sedang sibuk mencari dimana
jasad itu. Gadis itu menatap tajam Fatan, Fatan terheran dengan mulutnya
merapat. Keras. “Apa maumu? mengapa aku di sini,” bentaknya. Gadis itu diam,
diam seribu bahasa. Fatan yang sudah letih dan takut, hanya diam dan pasrah
melihat itu.
Keheningan
senja di bumi melayu,membuat siapapun terlena. Sementara matahari sudah hilang
dari bumi melayu, Gadis itu pergi menelusuri terowongan yang gelap itu. Fatan
yang penuh keheranan, membuka matanya dan terbangun dari tidurnya. Adzan
maghrib telah terdengar di seluruh penjuru melayu. Dalam pikirannya, dia
berpikir “ternyata hanya mimpi yang aku alami barusan… syukurlah,”.
Tidak
terasa malam yang sunyi begitu cepat berganti dengan pagi yang cerah. Fatan
telah bangun dari tadi, dan telah siap untuk ke sekolah. Dalam perjalanan, dia
teringat dengan mimpinya dan mengaitkan dengan kecelakaan maut yang dibacanya
kemarin. “Apa mungkin ya, gadis itu yang hilang, kalau iya mengapa dia datang
padaku” katanya dalam hati.
Dalam
perjalanannya dia terus berpikir dan berpikir, tidak ada yang dipikirkannya
selain mimpi dan gadis itu.
Di
sebuah persimpangan menuju sekolahnya, dia berhenti sejenak. Dia berpikir.
Dalam lima menit dia langsung pergi kearah berlawanan dari sekolahnya. Sesampai
di sebuah gedung, Fatan langsung masuk dan mencari ruangan yang ditujunya.
Dalam sekejap keluar orang yang dicarinya. Kemudian dia menceritakan apa yang
dia alami. Setelah panjang lebar bercakap – cakap, Fatan mengucap salam
perpisahan pada orang itu. “Baiklah Pak, hanya informasi itu yang saya tahu,
Assalamu’alaikum…” katanya sambil melangkah keluar. “Terima kasih ya atas
informasinya, Wa’alaikumsalam” jawab orang itu yang ternyata seorang polisi.
Fatan
melangkahkan kakinya ke sekolah dan bernyanyi – nyanyi menandakan hatinya kini
senang. “Sudah tidak ada beban lagi …” pikirnya dalam hati. Sementara itu, pagi
yang cerah masih tersenyum menyapa semua orang. Di langit Fatan merasakan
senyuman gadis yang ia lihat. Fatanpun tersenyum lebar.
Nama : Mayendra
Sekolah : SMAN 2 SIAK
Judul : Mimpi dan
Gadis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar