Matahari belum belum lagi
beranjak dari atas kepala. Peluh siswa – siswi disuatu sekolah keluar dari pori
– pori, menetes kelantai seperti air hujan. Sementara di luar sana, adzan
pertanda sholat zuhur akan masuk mulai berkumandang, siswa – siswi yang tadi
penat mulai berlarian seperti dikejar gemuruh atau tsunami.
Tepat pukul 14.15 WIB, bel tanda siswa – siswi harus
meninggalkan sekolahpun berbunyi. Para siswa yang mendengar makin senang pula
hatinya. Hiruk – pikuknya terdengar bak orang – orang di pasar. Lima belas
sampai dua puluh menit berlalu, sekolah nan gagah itu kembali sepi, jauh dari
keramain orang, tidak seperti dua puluh menit yang lalu. Bisa dikatakan sama
dengan sunyinya hutan belantara, yang terdengar hanyalah nyanyian burung –
burung dan ngauman harimau lapar.
Dari kejauhan nampak seorang diri yang berjalan mengikuti
jalan hitam, menyandang tas, membawa buku dan berkacamata. Anak yang terus
berjalan tanpa melihat sekitarnya, hanya pandangan lurus dan terus menelusuri
gang demi gang.
Di sebuah perempatan jalan, anak itu berhenti sejenak di
sebuah warung. Warung tua nan lusuh itu menjual berbagai barang. Anak itu
kepalanya begerak kekiri lalu kekanan, seperti ada yang dicarinya. Dari dalam
keluar seorang wanita tua sembari menawarkan miuman segar. Siswa yang sedang
kehausan itu tanpa berpikir panjang mengiyakan tawaran wanita tua itu.
Di atas meja yang berisi kue – kue, Fatan melihat Koran
pagi tadi, tanpa berpikir panjang Koran itu diambilnya dan dibacanya berita paling baru. Ya… sebuah berita
yang berjudul “Kecelakaan Maut, Seorang Gadis Tidak Ditemukan” yang menjadi
topik semua koran hari ini. Dibacanya berita itu sampai habis. Anak itu
merasakan kengerian yang dalam. Selesai membaca berita itu, dia pulang dengan
sejuta pemikiran tentang gadis yang hlang setelah kecelakaan itu.
“ Assalamu’alaikum…” salam anak itu pada ibunya. Anak
yang kelihatan lesu, dikarenakan cuaca yang begitu panas.Es yang baru saja
dikeluarkan ibunya sudah meleleh seperti cucuran atap. Anak yang kelelahan itu,
hanya bisa pasrah dengan keadaan. Dalam hatinya dia berkata “ aku rasa aku
lebih baik tidur, sembari melepas penat. Lagian jika hari sepanas ini aku
beraktivitas, rasanya aku mau pingsan…”. Kemudian, dia menelusuri rumahnya
hendak mencari sesuatu. Tidak menungg lama akhirnya dia menemukan apa yang
dicarinya. Tempat tidur.
Suara burung – burung diluar sana menambah kenyamanan
untuk tidur disiang hari yang panas ini. Ditambah lagi dengan AC yang
menyejukkan ruangan. Hati serasa berada di tumpukan es yang terus mendinginkan
tubuh. Apalagi udara yang meniup hawa segarnya kian kemari.
Anak muda yang berkacamata itu, dia sering dipanggil
Fatan. Dia begitu menikmati tidurnya dan dia lelap dalam tidurnya tanpa
menghiraukan keadaan sekitarnya. Tiba – tiba dia melihat sesosok tubuh berdiri
di depannya. Ternyata sesosok tubuh itu adalah seorang gadis yang dia sendiri
tidak tahu siapa gadis itu. Fatan terkejut bukan kepayang saat melihat gadis
itu, dia heran dari mana dia datang.
Dalam kamar
yang tidak besar itu, Fatan yang sepertinya penasaran dengan kehadiran gadis itu,
dia pun mengikuti gadis itu yang pergi entah kemana. Sambil dia berjalan dia
bertanya pada gadis itu, “ maaf, kamu siapa ya… ada urusan apa datang kekamarku
!”. Gadis yang mendengar perkataan itu hanya membalas dengan senyuman yang
membuat Fatan semakin penasaran, anehnya semakin Fatan penasaran semakin
kencang Gadis itu berjalan. Gadis itu terus berjalan dan mengajak Fatan seperti
ada yang hendak ditunjukkannya.
Di luar sana, matahari terus
bersinar sembari perlahan turun hendak menutupi bumi Indonesia bagian barat
dengan kegelapan. Dalam pikiran Fatan,
tidak ada dia merasakan cemas dan
tidak pula khawatir saat dia mengikuti
gadis itu. Fatan masuk kedalam terowongan yang gelap. Sangat gelap. Seperti di
tengah hutan yang tidak ada cahaya bulan.
Sedikit lagi. Fatan yang pasrah akan keadaan, dia yang
harus mengikuti langkah Gadis itu. Dia terus berjalan. Di ujung sana dia
melihat ada cahaya putih yang lama – kelamaan terang seperti cahaya bulan
purnama.
Gadis itu berhenti pada mulut terowongan dan menunjukkan
pada Fatan apa yang ada di bawah terowongan itu. Fatan yang lugu dan tidak tahu
apa – apa, sontak terkejut dan beristighfar melihat apa yang dilihatnya. Jasad
orang yang dilihatnya begitu mirip dengan gadis yang berada di sampingnya,
Sementara itu dia melihat orang – orang yang lumayan jauh dari jasad itu sedang
sibuk mencari dimana jasad itu. Gadis itu menatap tajam Fatan, Fatan terheran
dengan mulutnya merapat. Keras. “Apa maumu? mengapa aku di sini,” bentaknya.
Gadis itu diam, diam seribu bahasa. Fatan yang sudah letih dan takut, hanya
diam dan pasrah melihat itu.
Keheningan senja di bumi melayu,membuat siapapun terlena.
Sementara matahari sudah hilang dari bumi melayu, Gadis itu pergi menelusuri
terowongan yang gelap itu. Fatan yang penuh keheranan, membuka matanya dan
terbangun dari tidurnya. Adzan maghrib telah terdengar di seluruh penjuru
melayu. Dalam pikirannya, dia berpikir “ternyata hanya mimpi yang aku alami
barusan… syukurlah,”.
Tidak terasa malam yang sunyi begitu cepat berganti
dengan pagi yang cerah. Fatan telah bangun dari tadi, dan telah siap untuk ke
sekolah. Dalam perjalanan, dia teringat dengan mimpinya dan mengaitkan dengan
kecelakaan maut yang dibacanya kemarin. “Apa mungkin ya, gadis itu yang hilang,
kalau iya mengapa dia datang padaku” katanya dalam hati.
Dalam perjalanannya dia terus berpikir dan berpikir,
tidak ada yang dipikirkannya selain mimpi dan gadis itu.
Di sebuah persimpangan menuju sekolahnya, dia berhenti
sejenak. Dia berpikir. Dalam lima menit dia langsung pergi kearah berlawanan
dari sekolahnya. Sesampai di sebuah gedung, Fatan langsung masuk dan mencari
ruangan yang ditujunya. Dalam sekejap keluar orang yang dicarinya. Kemudian dia
menceritakan apa yang dia alami. Setelah panjang lebar bercakap – cakap, Fatan
mengucap salam perpisahan pada orang itu. “Baiklah Pak, hanya informasi itu
yang saya tahu, Assalamu’alaikum…” katanya sambil melangkah keluar. “Terima
kasih ya atas informasinya, Wa’alaikumsalam” jawab orang itu yang ternyata
seorang polisi.
Fatan melangkahkan kakinya ke sekolah dan bernyanyi –
nyanyi menandakan hatinya kini senang. “Sudah tidak ada beban lagi …” pikirnya
dalam hati. Sementara itu, pagi yang cerah masih tersenyum menyapa semua orang.
Di langit Fatan merasakan senyuman gadis yang ia lihat. Fatanpun tersenyum
lebar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar